Bom Solo Ajar Kami untuk Mengasihi
Kejadian bom bunuh diri yang meledak di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Jalan Arif Rahman Hakim, Solo, Jawa Tengah pada Minggu 25 September 2011 lalu masih mempunyai kisah tersendiri bagi para korban dan keluarganya yang ketika itu berada di tempat kejadian.
Seorang korban yang mengalami sendiri detik-detik kejadian bom bunuh diri itu, Ibu Ferriana mengatakan bahwa beberapa hari sebelum peristiwa itu mengakui mempunyai firasat dan mendengar sesuatu. “Ada seperti bisikan, berita
hu anakmu, saudaramu atau siapapun yang bisa kamu jangkau, akan terjadi sesuatu,” ungkapnya.
Salah satunya juga dirasakan keluarga bapak Sugianto yang kedua anaknya menjadi korban, dan satu diantaranya bernama Delviana Alevita mengalami luka yang cukup serius hingga membuat kepalanya mendapatkan 40 jahitan. Mereka menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi pada hari Minggu yang cerah tersebut.
Pada pagi hari sebelum kejadian, suasana digereja berjalan seperti biasanya tanpa ada sesuatu yang janggal. Sesudah ibadah selesai pun suasana masih kondusif. Masih banyak yang bersalaman dan bertegur sapa. Dan beberapa saat kemudian ledakan bom itupun terjadi. Pemicunya adalah seorang lelaki yang menyalakan tombol picu peledak.
Seketika itupula, setiap orang yang dekat dengan pembom bunh diri itu langsung terkapar dan berjatuhan. Ledakan tersebut cukup mengagetkan warga sekitar. “Begitu saya sadar, saya membalikan tubuh. Saya melihat lelaki telentang dibelakang saya persis. Sekujur tangan saya berdarah semua,” ujar ibu Ferianna.
“Enggak tau kenapa aku udah jatuh tersandar gitu, melihat keatas putih semua, liat bajuku kok kotor berdarah, semua histeris, kakak histeris, tapi aku diam aja. Aku merasa dingin, tiba-tiba aku liat lampu dan engga sadar apa-apa,” ungkap Delviana Alevita.
Bom bunuh diri ini benar-benar menimbulkan pertanyaan tersendiri bagi setiap orang atauapun jemaat gereja tersebut. Terutama pengurus gereja yang merasa selama ini tidak mempunyai konflik ataupun hubungan tidak mengenakan dengan warga sekitar.
“65 tahun gereja itu berdiri, kita tidak pernah mempunyai konflik dengan masyarakat sekitar. Terus gereja ini sampai saat inipun tidak ada masalah, jadi ketika itu terjadi kita semua bertanya-tanya ada apa semua ini, terkejut aja begitu.” Jelas William, seorang pembimbing gereja.
Akibat ledakan tersebut, ibu Ferriana mengalami luka robek di perut akibat tertembus lempengan panas. Usus halus berikut kandung kemihnya terluka. Luka tersbut membuat lubang menganga dengan ukuran 2×5 dan harus mengalami operasi. Begitupun dengan Delviana Alevita yang kepalanya tertembus tiga mur yang bersarang diotaknya. Hingga 40 jahitan harus menghiasi kulit kepalanya.
Ungkapan syukur pun dipanjatkan oleh para korban dan keluarga ini terhadap kesembuhan yang terjadi setelah kejadian. “Kenapa ribuan jemaat, kenapa yang kenas salah satunya saya. Anehnya lagi yg ngebom tuh dari belakang saya. Kenapa gak kaki atau tangan aja yang kena,” kata ibu Ferianna.
Rentang beberapa hari setelah kejadian tersebut, jemaat gereja dan warga sekitar berinisiatif mengadakan sebuah doa bagi kedamaian. “Empat puluh yang terluka hanya 14 yang rawat inap dan tidak ada korban jiwa itu merupakan mukjizat bagi saya. Hal-hal seperti ini yang terlihat kasih kita. Ketika saat kita menderita itu sebenernya kita memiliki kapasitas hati yang lebih luas untuk mengasihi,” tutup William.
0 komentar:
Posting Komentar