Rabu, 04 Juli 2012

Renungan


APAKAH ORANG-ORANG PERCAYA PERJANJIAN LAMA MEMILIKI PENGALAMAN “KELAHIRAN KEMBALI”?

jesus Inside(surya)
 Gereja injili adalah gereja yang berfokus pada berita  yang dikerjakan Yesus Kristus melalui hidup dan kematianNya di kayu salib. Secara rinci Paulus menjelaskan apa itu injil dalam 1 Korintus 15:3-4 dan hanya melalui Injil ini, manusia berdosa diperdamaikan dengan Allah (Roma 5:10). Dengan keyakinan bahwa Injil adalah satu-satunya sarana untuk menjangkau mereka yang belum mengenal Kristus, maka gereja injili memberikan waktu, perhatian dan dana dalam menyebarluaskan berita injil. Gereja injili mempercayai, hanya melalui Yesus Kristus seseorang bisa diselamatkan dan memperoleh hidup kekal (Yoh 14:6).

Dalam perkembangan kekristenan, ada banyak gereja yang tidak lagi memfokuskan penginjilan dalam program gereja. Program penginjilan sering diabaikan. Kerinduan melihat orang lain memperoleh keselamatan telah menjadi pudar sehingga banyak keluarga Kristen tidak lagi memperhatikan anggota keluarga atau anak-anaknya yang belum percaya pada Yesus Kristus. Banyak orang Kristen tidak lagi menyadari bahwa tiap-tiap orang harus mengakui secara pribadi bahwa Kristus adalah Tuhan dan Juruselamatnya. Ada suatu waktu dimana seseorang menyadari bahwa tanpa Kristus ia akan binasa karena tidak bisa menyelamatkan dirinya dengan kekuatan, hikmat dan perbuatannya. Ia harus sadar bahwa ia seorang berdosa yang memerlukan Tuhan dan Juruselamat yang bisa menghapus segala dosa-dosanya agar terlepas dari kutuk dosa (Roma 6:23).
Ketidakperdulian gereja dalam hal penginjilan telah berimbas pada ketidakpekaan jemaat dalam hubungan pribadi mereka dengan Kristus. Sebagai akibatnya banyak jemaat mengikuti kebaktian Minggu tetapi sesungguhnya mereka tidak tahu kemana mereka akan pergi jika mati kelak. Mereka tidak memiliki kepastian akan hidup kekal dan hanya berharap bisa masuk sorga karena telah mengikuti berbagai kegiatan gereja. Dengan kata lain, mereka hanya memiliki identitas sebagai orang Kristen tetapi hati mereka bukanlah orang Kristen. Tiap-tiap orang harus menyadari bahwa ia perlu  karena tanpa kelahiran kembali ia tidak memiliki hidup kekal. Kelahiran kembali ini terjadi ketika seseorang sungguh-sungguh percaya pada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
AJARAN DILAHIRKAN KEMBALI
Banyak beranggapan bahwa ajaran ini merupakan ajaran di masa gereja atau sesudah turunnya Roh Kudus pada Hari Pentakosta, namun fakta membuktikan bukan demikian. Pernyataan ajaran “dilahirkan kembali” dikumandangkan Kristus diawal pelayananNya. Secara khusus ajaran ini diungkapkan Yesus ketika Nikodemus datang dan bertemu Yesus pada suatu malam. Jika ada orang beranggapan bahwa ajaran ini merupakan ajaran Perjanjian Baru saja atau ajaran dimasa gereja saja, percakapan Yesus dengan Nikodemus yang dicatat dalam Yohanes 3 akan memberikan sanggahan dan penolakan pada pendapat tersebut. Perhatikan apa yang Yesus katakan kepada Nikodemus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yoh 3:3).
Pertanyaan penting di sini adalah, kapankah Nikodemus bertemu dengan Yesus? Kronologis pelayanan Yesus menunjukkan bahwa kejadian ini terjadi pada tahun pertama pelayanan Kristus, atau awal pelayanan Kristus, jauh sebelum Yesus disalibkan dan sebelum Roh Kudus turun pada hari Pentakosta. Dengan demikian ajaran “dilahirkan kembali” telah ada sebelum kitab-kitab Perjanjian Baru dituliskan karena ketika Yesus berbicara dengan Nikodemus, firman Allah yang dimiliki Nikodemus dan orang-orang Israel masa itu hanya Kitab Perjanjian Lama. Jika Yesus memberitahukan kepada Nikodemus bahwa ia harus dilahirkan kembali agar bisa masuk ke dalam kerajaan Allah, itu berarti Yesus mengasumsikan bahwa Nikodemus dapat menemukan ajaran “dilahirkan kembali” dalam Kitab Perjanjian Lama yang dimiliki Nikodemus saat itu. Oleh karena itu bisa dipastikan bahwa ajaran “dilahirkan kembali” bukanlah ajaran Perjanjian Baru saja tetapi juga ajaran Perjanjian Lama. Yesus adalah Tuhan yang agung, Ia tahu apa isi kitab-kitab Perjanjian Lama. Jadi Yesus tidak mungkin memberikan suatu perintah atau ajaran yang pada kenyataannya tidak ada. Justru Yesus mengetahui bahwa ajaran itu sudah ada dalam Perjanjian Lama maka Ia menegaskan kepada Nikodemus bahwa ia harus dilahirkan kembali.
Perhatikan sekali lagi perkataan Yesus dalam ayat ini, “jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yoh 3:5). Berita dalam ayat ini tidak dibatasi waktu, dan ayat ini memiliki nilai kebenaran kekal dimana perintah itu berlaku sepanjang masa. Ini adalah kebenaran mutlak. Dan ketika ada orang bertanya, bagaimana dengan orang-orang Perjanjian Lama seperti Abraham, Ishak, Yakub, Musa, dan lain-lain yang kita tahu mereka ada di sorga, apakah mereka juga memiliki pengalaman dilahirkan kembali? Berdasarkan pernyataan Yesus dalam ayat di atas, jawabannya adalah YA, meskipun secara gamblang ajaran “dilahirkan kembali” tidak ditemukan dalam kitab Perjanjian Lama.
Pernyataan Yesus dalam ayat ini sesungguhnya mimiliki bobot  atau kebenaran yang sama seperti Yesus katakan dalam Yohanes 14:6, “Akulah jalan dan kebeneran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Ayat ini menjelaskan bahwa Yesuslah satu-satunya jalan untuk sampai ke sorga baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Jika orang-orang Perjanjian Lama tidak percaya pada Kristus maka mereka tidak akan ada di sorga. Orang-orang percaya Perjanjian Lama melihat dengan  akan Mesias atau Kristus yang akan datang dan mati untuk menebus mereka dan manusia berdosa. Melalui ritual-ritual dan simbol-simbol di Perjanjian Lama, mereka diingatkan dan dituntun bahwa suatu saat di masa yang akan datang, pada waktu yang ditentukan Allah sendiri, akan datang seorang yang diurapi Allah yaitu Mesias Israel yang akan mati untuk menebus manusia dari dosa-dosa mereka. Mereka beriman pada Mesias yang akan datang ini dan yang akan dikorbankan karena dosa-dosa mereka.
Salah satu ritual atau perayaan di Perjanjian Lama yang menunjuk pada Mesias atau Kristus adalah perayaan Hari Raya Paskah yaitu perayaan memperingati keluarnya bangsa Israel keluar dari Mesir. Pada saat perayaan ini orang-orang Israel diperintahkan untuk menyembelih Anak Domba (Kel 12:21) yang merupakan lambang yang menunjuk pada Kristus sendiri yang adalah Anak Domba Allah. Yohanes Pembaptis dengan petunjuk dari Roh Kudus, telah memberitahukan kepada murid-muridnya bahwa Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Anak Domba Allah ketia ia berkata, “Lihatlah Anak domba Allah yang menghapus dosa manusia” (Yoh 1:29). Paulus juga dengan tegas mangatakan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Domba Paskah (1 Kor 5:7). Kristus sungguh Anak Domba Paskah, Anak Domba Allah yang menghapus dosa manusia. Berita ini jugalah yang disampaikan malaikat Gabriel ketika bertemu dengan Yusuf dalam mimpi tentang kelahiran Yesus Kristus dan berkata, “Ia [Maria] akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat 1:23).
Bagaimana dengan orang-orang percaya Perjanjian Baru? Dengan cara yang sama, mereka melihat dengan iman akan apa yang Mesias atau Yesus Kristus TELAH LAKUKAN dan mati di kayu salib untuk menebus mereka dari dosa. Jadi baik orang-orang percaya Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sama-sama membutuhkan iman pada Yesus Kristus dan ketika mereka sungguh-sungguh percaya, saat itulah mereka dilahirkan kembali. Tidak ada alasan bagi orang-orang Kristen masa sekarang untuk berkata bahwa orang-orang percaya Perjanjian Lama tidak memiliki pengalaman dilahirkan kembali. Kristus adalah satu-satu jalan masuk sorga baik di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Hanya iman di dalam Kristuslah yang membuat seseorang memiliki hidup kekal. Kelahiran kembali terjadi ketika seseorang sungguh-sungguh percaya pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Jadi jika Tuhan Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat bagi orang-orang percaya di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, maka ajaran “dilahirkan kembali” juga telah ada di Perjanjian Lama.
Pengalaman Abraham sebagai bapa orang beriman bisa menjadi pertimbangan umat Kristen sekarang ini. Abraham hidup ketika Allah belum memberikan Firman tertulis yaitu Kitab Perjanjian Lama atau Alkitab seperti yang dimiliki orang Kristen sekarang ini. Tetapi iman Abraham adalah iman sejati karena ia sungguh-sungguh percaya pada apa yang Allah katakan termasuk imannya pada Mesias yang akan datang. Ia tidak memiliki Firman Allah seperti orang-orang Israel di Perjanjian Lama dimana mereka bisa membaca dan merenungkan akan nubuat kedatangan dan kelahiran Kristus tetapi Abraham percaya pada apa yang Allah katakan. Itulah sebabnya ia dikatakan sebagai bapa orang beriman. Yesus memberikan penghargaan khusus tentang iman Abraham ketika Yesus menegur ketidakpercayaan orang-orang Farisi dan berkata, “Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita” (Yoh 8:56). Yang menjadi pertanyaan, bagaimana Abraham bisa bersukacita dalam menantikan masa-masa (hari-hari) pelayanan Kristus? Jawabannya adalah Abraham memiliki iman bahwa Mesias yaitu Kristus akan datang dan menyelamatkannya. Abraham tidak memiliki keraguan akan karya Kristus yang akan dilakukan di kayu salib, meskipun pada masa itu ia tidak memiliki Firman Allah yang bisa dibaca dan direnungkan. Tetapi Abraham beriman pada Yesus Kristus yang adalah Mesias, Tuhan dan Juruselamatnya. Oleh karena itu, ajaran dilahirkan kembali bukanlah ajaran Perjanjian Baru saja tetapi ajaran kekal yang sudah ada sejak masa Adam dan Hawa.
Untuk menguatkan pernyataan diatas, perhatikan respon Nikodemus pada perkataan Yesus ketika Nikodemus tidak bisa mengerti apa yang Yesus katakana. Nikodemus berkata, “Bagaimana mungkin hal itu terjadi?” (Yoh 3:9). Menurut Nikodemus, dilahirkan kembali berart seseorang itu masuk kembali ke rahim ibunya dan dilahirkan kembali (Yoh 3:4). Lalu Yesus memberikan tanggapan demikian, Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?” (Yoh 3:10). Yesus mengasumsikan bahwa sebagai seorang pemimpin agama dan pengajar Israel, seorang Farisi yang dengan setia menghafal banyak ayat-ayat Perjanjian Lama dan belajar kitab Perjanjian Lama, Nikodemus sudah sepatutnya mengerti apa itu dilahirkan kembali. Yesus ingin menegaskan bahwa dengan kitab Perjanjian Lama yang dimiliki Nikodemus sudah sepatutnya mengerti ajaran itu. Ketika Nikodemus datang pada Yesus ia bukanlah seorang yang telah dilahirkan kembali. Ia adalah seorang yang belum percaya meskipun ia seorang pemimpin agama Yahudi. Namun ketidakmengertian Nikodemus tidak berarti ajaran dilahirkan kembali tidak (belum) ada di masa Nikodemus atau di masa Perjanjian Lama. Doktrin ini sudah ada sejak dahulu kala, jika tidak demikian, maka tidak akan ada orang percya Perjanjian Lama yang masuk sorga.
Namun pertemuan Nikodemus dengan Kristus pada malam itu telah membuatnya merenungkan dan memikirkan apa arti hidup yang sesungguh. Meskipun Alkitab tidak mencatat kapan Nikodemus sungguh-sungguh menjadi seorang percaya atau berapa lama ia menjadi seorang Kristen rahasia, akhirnya Alkitab mencatat bahwa ia menjadi seorang percaya yang tidak perlu takut dan malu untuk menyatakan diri sebagai pengikut Kristus. Ia bahkan membayar dengan harga yang mahal untuk menyatakan diri sebagai pengikut Kristus dengan menjumpai Pilatus untuk meminta tubuh Yesus diturunkan dari salib dan dikuburkan (Yoh 19:38-42). Sejak saat itu ia bukan lagi menjadi seorang Kristen rahasia tetapi seorang Kristen yang berterus terang tentang imannya dihadapan semua orang termasuk koleganya dan para orang Farisi.
Melihat fakta diatas sangat jelas bahwa pengalaman dilahirkan kembali adalah suatu pengalaman yang akan dialami setiap orang (tanpa kecuali) yang telah percaya pada Yesus Kristus dan pengalaman ini terjadi di SAAT ia sungguh-sungguh percaya pada Yesus dan sadar bahwa ia adalah seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri terkecuali dengan percaya pada pembenaran dan penebusan Kristus di kayu salib.
ROH KUDUS BERDIAM DALAM DIRI ORANG PERCAYA
Suatu perdebatan sengit terus berlangsung di kalangan teolog berkenaan dengan doktrin Roh Kudus. Ada teolog berpendapat bahwa orang-orang percaya Perjanjian Lama tidak  secara parmanen dan jika Roh Kudus mendiami orang-orang percaya di masa itu sifatnya hanya sementara dan itupun tidak semua orang percaya memiliki pengalaman demikian. Inilah pandangan dan pengertian kelompok teolog dispensasional. Dengan segala usaha dan kemampuan, mereka berusaha keras untuk menjelaskan pendapat ini. Namun di sisi lain kelompok teolog Reformed atau yang dikenal dengan penganut Teologi Perjanjian (Covenant Theology) memiliki pandangan dan pengertian yang berbeda dengan Teolog Dispensasional dimana  mereke mempercayai setiap orang percaya di sepanjang masa sungguh-sungguh  secara parmanen.
Sebelum membahas lebih jauh tentang “pendiaman Roh Kudus dalam diri orang percaya” perlu diketahui bahwa Allah hanya menetapkan satu Juruselamat di dunia ini, baik di masa dulu, sekarang dan masa yang akan datang yaitu Yesus Kristus (Kisah 4:12) dan Dialah satu-satunya yang bisa menyelamatkan manusia dan tanpa Dia, tidak seorangpun yang bisa masuk dalam kerajaan sorga baik di masa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Yoh 14:6). Allah tidak memberikan dua jalan keselamatan: satu untuk orang-orang Perjanjian Lama dan satu lagi untuk orang-orang Perjanjian Baru, tetapi Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan dan barangsiapa tidak percaya pada Kristus ia akan binasa (Yoh 3:16). Banyak orang mengakui kebenaran ini tetapi tidak mempercayai pendiaman  atau jika memang ada yang didiami Roh Kudus seperti para hakim-hakim di Kitab Hakim-Hakim, sifatnya sementara.
Apakah benar seorang yang percaya pada Yesus akan didiami Roh Kudus secara parmanen? Sekali lagi ini juga merupakan perdebatan teologia para teolog di masa sekarang. Bahkan ada yang berpendapat di masa sekarangpun pendiaman Roh Kudus itu tidak bersifat parmanen tetapi bersifat kondisional yang artinya Roh Kudus itu akan mendiami hati seorang percaya jika ia hidup  benar, kudus dan berkenan kepada Allah, tetapi ketika ia melakukan dosa, dan tidak setia, tidak taat kepada Kristus, Roh Kudus itu akan meninggalnya. Inilah pandangan yang keliru tentang pendiaman Roh Kudus dalam diri orang percaya, karena pandangan ini menekankan pada kemampuan manusia untuk menjaga dan memelihara Roh Kudus yang berdiam dalam dirinya, dan jika ia tidak mampu melakukannya, maka ia akan kehilangan Roh Kudus. Ajaran ini bisa semakin berkembang dan mengarah pada suatu kekeliruan yang lebih besar.
Kelompok yang mempercayai ajaran ini akan mengatakan bahwa jika Roh Kudus telah meninggalkan seseorang maka ia juga akan kehilangan keselamatan dan hidup kekal. Ajaran ini berfokus pada kemampuan manusia untuk memilihara imannya dan jika ia gagal maka ia akan kembali pada status seperti seorang yang belum percaya. Itulah sebabnya di banyak gereja, ketika KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) diselenggarakan ada banyak orang yang ingin menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Anehnya, banyak diantara mereka yang telah menjadi pengurus dan majelis gereja dan sudah aktif melayani di gerejanya dan sebagainya. Tetapi karena mereka mempercayai ajaran yang keliru, maka mereka harus menerima Kristus kembali sama seperti orang-orang yang belum mengenal Kristus. Bahkan ada orang-orang tertentu yang dengan rajin menghadiri KKR yang diselenggarakan diberbagai gereja dan setiap ada undangan untuk percaya, ia akan selalu ikut di dalamnya.
Apa sebenarnya yang diajarkan Alkitab tentang pendiaman Roh Kudus dalam diri seorang yang percaya?Roma 8:9 merupakan ayat penting dalam pelajaran ini karena setiap orang yang telah diselamatkan tidak hidup dalam daging tetapi hidup dalam Roh dan Paulus menegaskan demikian, “Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukanlah milik Kristus.” Jika Allah hanya memberikan satu Juruselamat yaitu Yesus Kristus, maka Yesus jugalah Juruselamat di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dan setiap orang yang percaya pada Kristus adalah sungguh-sungguh milik Kristus yang ditebus melalui hidup dan pengorbananNya di kayu salib dan darahNya yang tercurah telah membayar lunas semua hutang dosanya. Paulus berkata bahwa mereka yang telah dinyatakan menjadi milik Kristus akan memiliki Roh Kristus atau Roh Kudus dan jika seseorang itu tidak memiliki Roh Kristus (Roh Kudus) maka ia bukanlah milik Kristus dan ia tidak akan pernah masuk dan melihat kerajaan sorga (Yoh 3:5).
Dengan kata lain setiap orang yang ada di sorga saat ini dan masa yang akan datang adalah mereka yang di masa hidupnya memiliki Roh Kudus berdiam dalam dirinya (1 Kor 3:16; 2 Kor 6:14). Roh Kudus menghibur, membimbing, menuntun dan menguatkan orang percaya di dalam menjalani hidupnya. Pendiaman Roh Kudus dalam diri seorang percaya membuatnya berbeda dengan orang-orang yang tidak percaya pada Yesus (1 Yoh 4:4). Roh Kudus yang ada di dalam diri setiap orang percaya akan berdiam secara parmanen selama orang itu hidup. Paulus menegaskan demikian, “Di dalam Dia kamu juga—karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu—di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya” (Ef 1:13-14).
KESELAMATAN BUKAN HASIL USAHA MANUSIA
Satu hal penting yang harus diketahui orang Kristen bahwa ia diselamatkan bukan karena hasil usaha atau perbuatannya sendiri. Paulus menegaskan hal itu demikian, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Ef 2:8-9). Keselamatan yang dimiliki seseorang murni karena kemurahan Allah dengan memberikan iman kepada orang itu sehingga Roh Kudus menggerakan hatinya untuk mengaku dengan mulutnya dan percaya dalam hatinya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatnya. Itulah sebabnya Paulus juga mengatakan, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran firman Kristus” (Roma 10:17). Dan ketika injil diberitakan lewat pemberitaan firman Allah, Allah melalui Roh Kudus bekerja dalam hati orang-orang yang dipilihNya sehingga mereka itu meresponi berita injil dan iman dianugerahkan. Itulah sebabnya Paulus mengatakan tak seorangpun yang bisa mengatakan bahwa ia memperoleh keselamatan karena kemampuan atau usaha kerasnya.
Pertanyaan penting sekarang adalah jika memang Allah yang menganugerahkan keselamatan itu oleh iman, apakah keselamatan itu bergantung pada kemampuan orang percaya untuk memelihara dan mempertahankannya? Jika untuk mendapatkan keselamatan itu saja bukan karena usaha keras orang percaya, apakah ia mampu memelihara dan mempertahankannya dengan segala keterbatasan, dan sifat berdosanya? Tentu tidak. Allahlah yang memberikan keselamatan dan bukan hasil usaha manusia. Dia tahu seluruh seluk-beluk pribadi dan kemampuan setiap orang percaya. Dia tahu orang percaya itu akan melalui berbagai gelombang kehidupan dan kerohanian, dan itulah sebabnya Dia yang menganugerahkan keselamatan itu. Manusia tidak akan pernah bisa mendapatkan keselamatan dengan usahanya sendiri, jika memang demikian maka Kristus tidak perlu datang ke dunia ini dan menjelma menjadi manusia serta melakukan seluruh tuntutan Hukum Taurat dan mati di kayu salib (Gal 2:21). Jika ada satu orang saja yang bisa mendapatkan keselamatan dengan usahanya sendiri, maka itu berarti semua manusia memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang sama. Tetapi justru tak satupun yang bisa melakukannya sehingga Allah harus mengirimankan AnakNya sendiri, Yesus Kristus untuk melakukan hal itu bagi manusia dan hanya Kristus satu-satunya yang bisa melakukan segala tuntutan Allah dengan sempurna, dan Dialah yang menjadi pengganti dan perwakilan manusia. Jadi jika seandainya keselamatan itu diperoleh karena usaha keras manusia maka tidak seorang pun yang akan bisa masuk sorga dan semua manusia akan binasa.
Oleh karena Allah yang menganugerahkan keselamatan, dan pendiaman Roh Kudus dalam diri orang percaya maka Allah berdaulat penuh atas keselamatan orang percaya. Dialah yang memilih setiap orang percaya dan pemilihannya itu mutlak sebagai wewenang Allah. Karena Allah itu kekal dan tidak berubah, maka apa yang Ia tetapkan tidak akan pernah berubah. Keselamatan yang diberikan kepada orang percaya tidak akan pernah dicabut meskipun ia memiliki kelemahan sebagai orang Kristen. Setiap kesalahan dan dosa yang diperbuat orang Kristen akan diampuni jika ia mengakuinya (1 Yoh 1:9), tetapi konsekwensi dari perbuatannya akan ditanggungnya, namun ia akan tetap selamat (1 Kor 3:10-15).
Mungkin ada yang bertanya bagaimana dengan orang-orang Kristen yang dulunya begitu berdedikasi dan setia, tetapi sekarang meninggalkan semua itu dan jauh dari Tuhan, apakah keselamatan yang diterima sebelumnya masih tetap dimiliki? Jawabannya adalah jika ia memang sungguh-sungguh percaya pada Yesus, meskipun saat ini begitu jauh meninggalkan jalan Tuhan karena berbagai alasan dan pergumulan hidup, suatu saat nanti ia akan berbalik kepada Yesus sebelum ia mati. Ia akan sadar atas segala perbuatannya dan bertobat serta diperbarui. Namun jika sesungguhnya ia tidak pernah percaya, hanya merasa percaya, ia akan hilang untuk selamanya dan ia tidak akan pernah kembali kepada Kristus, karena ia bukan miliki Kristus. Ia hanya berpura-pura sebagai orang Kristen yang rajin tetapi begitu badai menimpanya, dia menunjukkan diri sebagai seorang yang sesungguhnya bukan seorang percaya. Orang demikian tidak akan pernah kembali kepada Yesus sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya. Jadi apakah seseorang itu sungguh-sungguh percaya pada Yesus atau tidak, itu hanya bisa diketahui Allah sendiri dan diri orang tersebut. Manusia bisa berpura-pura seperti seorang percaya dihadapan jemaat dan orang Kristen lainya tetapi orang itulah yang tahu isi hatinya.  
ROH KUDUS DAN BAHASA LIDAH / ROH
Kekristenan abad ke 20 dibingungkan dengan suatu fenomena ajaran yang menekan pada bahasa roh. Fenomena ini bahkan dijadikan suatu dogma dalam gereja dimana bahasa roh itu menjadi satu bukti mutlak untuk mengetahui seseorang itu sungguh-sungguh percaya pada Yesus. Dengan kata lain, ada banyak gereja yang mengajarkan bahwa jika seseorang itu sungguh-sungguh percaya Yesus ia akan bisa berbahasa lidah atau roh. Artikel ini tidak akan membahas perdebatan akan keabsahan bahasa lidah atau roh tetapi artikel ini ingin menjelaskan bahwa didiami Roh Kudus atau percaya pada Yesus tidak ada hubungannya dengan bahasa lidah atau roh. Sejarah gereja mencatat bahwa pengalaman bahasa lidah atau roh bukanlah pengalaman para reformator ketika Roh Kudus membakar hati mereka untuk kembali kepada Alkitab dan keluar dari cengkeraman kelompok katolik Roma di masa itu. Mereka berjuang demi iman dan Kristus dengan mempertaruhkan nyawa mereka yang tidak takut mati. Inilah bukti bahwa mereka telah dilahirkan kembali dan Roh Kudus sungguh-sungguh ada di dalam hati mereka dan buah perjuangan mereka bisa dinikmati umat Kristen sekarang ini.
Ada juga kelompok Kristen yang berpendapat bahwa pendiaman Roh Kudus diartikan sebagai pengalaman yang terpisah dari percaya pada Yesus Kristus. Dengan kata lain, mereka berpendapat bahwa seorang yang percaya pada Yesus Kristus belum tentu memiliki Roh Kudus berdiam di dalam dirinya tetapi hal itu akan menyusul kemudian ketika ia hidup dengan benar dan memiliki kemampuan berbahasa lidah atau roh. Inilah kekeliruan yang telah diterima luas oleh banyak gereja. Jika seseorang harus memiliki bahasa roh atau lidah baru didiami Roh Kudus, itu berarti siapapun yang menyatakan diri percaya pada Yesus Kristus sebelum memiliki bahasa roh atau lidah bukanlah orang yang sungguh-sungguh percaya pada Yesus dan ia bukanlah milik Kristus (Roma 8:9).
Jika bahasa roh atau lidah yang menjadi patokan utama untuk memastikan seseorang memiliki atau didiami Roh Kudus maka tidak seorangpun orang-orang Perjanjian Lama yang akan ada di sorga termasuk Abaraham, Ishak, Yakub dan Musa karena mereka tidak pernah memiliki pengalaman bahasa roh atau lidah. Oleh karena itu sia-sialah orang-orang yang menyatakan diri percaya pada Kristus tetapi tidak mengalami bahasa roh atau lidah. Tetapi bersyukurlah kepada Yesus karena bukan demikian yang diajarkan Alkitab sebagai pedoman tertinggi dalam iman dan praktek hidup orang Kristen. Alkitab menegaskan percaya pada Yesus Kristus adalah satu-satunya dasar bagi setiap orang untuk masuk ke dalam kerajaan sorga (Yoh 3:16; 14:6) dan setiap orang yang percaya pada Yesus Kristus memiliki dan dimeteraikan Roh Kudus (Ef 1:13) dimana Roh Kudus berdiam dalam dirinya untuk memimpin, menolong, menghibur dan menuntunnya (Yoh 14:26; 15:26) ke jalan yang benar dan membantunya untuk boleh mengerti firman dan kehendak Allah. Setiap orang yang percaya baik di Perjanjian Lama dan Baru didiami Roh Kudus, jika tidak demikian, ia bukan milik Kristus dan ia tidak memiliki bagian dalam kerajaan Allah.
KESIMPULAN
Ajaran “dilahirkan kembali” bukanlah suatu ajaran baru tetapi ajaran yang sudah ada sejak masa Adam dan Hawa, manusia pertama di dunia ini. Meskipun ajaran ini tidak dituliskan secara gamblang dalam Kitab Perjanjian Lama, orang-orang percaya Perjanjian Lama mengalami pengalaman “dilahirkan kembali” jika tidak demikian, maka Yesus tidak akan mempersalahkan Nikodemus, seorang pemimpin Yahudi yang tidak mengerti ajaran “dilahirkan kembali.” Tetapi justru karena ajaran itu benar-benar ada sehingga Yesus berkata kepada Nikodemus, “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?” (Yoh 3:10). Ajaran ini lebih diperjelas lagi ketika Yesus mengatakan bahwa Abraham sungguh-sungguh menantikan kedatangan Kristus meskipun di masa itu Abraham tidak memiliki Alkitab. Yesus mengokohkan ajaran ini ada di perjanjian Lama ketika Ia berkata, “Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita” (Yoh 8:56)

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Blogger Themes

Likke yaa Sahabat

Copyright © 2012. Jesus My Savior - All Rights Reserved B-Seo Versi 4 by Bamz